Monday, September 24, 2012

"SAPU KECIL"

Angin lebih awal membersihkan kabut hitam di pagi hari. hijaunya taman kota memberikan pesona tersendiri. Dedaunan berguguran disana-sini. Pada hari itu dedaunan yang segarpun bertebaran dijalan-jalan, karena pada pagi itu benda yang berwarna mengeluarkan emosinya
       Aku baru saja selesai shalat subuh, dilanjutkan dengan tilawah beberapa lembar kitab Allah, hari berbeda dengan biasanya, selesai tilawah aku lanjutkan dengan lari-lari kecil, disepanjang baris pepohonan, namun seribu kali sayang pagi itu, cuaca tidak bersahabat sama sekali, kecepatan angin lari begitu cepat membuat setiap orang kedinginan ketika melakukan lari-lari kecil. Sesaat kemudian aku teringat dengan seorang bocah yang setiap paginya selalu dengan sapu kecilnya membersihkan daun-daun yang gugur di sepanjang baris pepohonan.
       “Ini hidup saya” ujarnya suatu waktu. Tentunya pernyataan seperti itu meninggalkan sejuta pertanyaan dalam benak pikiranku, sayang ia tak mau jika kuajak bercengkrama mengenai pekerjaannya diawal pembuka pagi itu.
Mungkinkah di suasana pagi yang tak indah ini bocah itu tetap dengan sapu kecilnya membersihkan daun-daun yang berguguran di sepanjang baris pepohonan?? Oh …tidak dia terlalu dini untuk melawan kedinginan. Kenapa pikiranku hanya kepada bocah itu yah… ah pusing amat sih… tapi aku tidak tega melihat bocah itu pada kondisi di awal sebelum mentari menyapa alam itu. Aku harus memastikan bocah itu bersama sapu kecilnya di baris pepohonan atau tidak.
Spontan aku keluar. Memandang langit dengan bulan yang cahayanya masih tampak serta gunung yang menjulang tinggi. Jalan raya pun kendaraan lewat satu dua tidak seperti biasanya ketika pembuka pagi seperti hari lainnya para ojek pun ramai tapi hari itu para ojek pun tak berani keluar.
Terlihat dari jauh sekitar 50 meter ada seorang anak dibawa umur 10 tahun, memakai topi berwarna hitam, celana training panjang, dilengkapi switer hijau dengan lengan panjang putih, begitu tenang membersihkan daun yang berguguran di sepanjang baris pepohonan menggunakan sapu kecilnya itu. “Ini pasti bocah itu” pikirku dalam hati.
         Gemuruh angin semakin kencang. Aku pun melangkah menuju anak di bawah umur 10 tahun itu. Ternyata benar dugaan ku tepat sasaran si bocah dengan sapu kecilnya yang setiap pagi selalu membersihkan daun-daun yang gugur di sepanjang baris pepohonan, terlihat serius membersihkan daun-daun yang gugur, aku pun berjalan mendekati bocah tersebut.
“Dek.. dek,..” Aku seperti menyapa batu karena tak sedikit pun dia menoleh untuk melihatku, “Dek, dek…” Aku kembali menyapanya tapi ko dia malah konsentrasi dengan pekerjaan itu sih.. panggilanku yang kedua kalinya tak sedikitpun ia respon lagi, membuatku kepikiran tak ambil pusing dengan bocah itu, aku balik ke rumah dengan membawa pulang kebencian, awalnya aku sangat iba dengan bocah tapi karena ulahnya yang seperti itu membuat aku berbalik arah.
        Mentari belum juga muncul, aku berjalan menuju rumahku dan meninggalkan bocah itu Sesampai aku di rumah aku duduk sejenak dan mengambil buku kesukaanku untuk membacanya, sudah 3 halaman telah aku lewati. Sejurus kemudian peristiwa yang baru terjadi tadi muncul di pkiranku yaitu mengenai bocah tadi, aku menyalahkan diriku sendiri kenapa yah membenci bocah itu padahalkan dia tidak bersalah hanya saja dia tidak merespon panggilanku. Astagfirullah..,
waktu sudah menunjukkan 06.55 WIT, hujan pun turun semakin deras, kasihan sekali bocah itu dia sedang berjuang melawan kedinginan,, mudah-mudahan dia sudah selesai membersihkan pekerjaannya, karena seperti hari biasanya pekerjaan paginya itu selesai pukul 06.30 wit.
***
          Keesokan harinya, kondisi alam seperti kemarin masih dengan hujan dibarengin dengan angin yang lari begitu cepat, memang di akhir-akhir tahun 2011 ini alam semakin mengeluarkan emosinya. kebiasaan setiap pagiku telah aku lakukan, begitu juga dengan bocah itu kebiasaan setiap pembuka paginya selalu menjadi sarapannya. Pagi ini harus aku menemuinya kembali dan dapat mengajaknya untuk bercengkrama. Sejurus kemudian aku keluar dengan memakai jeket, dari kejauhan sudah mulai terlihat bocah dengan sapu kecilnya itu kembali membersihkan daun-daun yang gugur di sepanjang baris pepohonan, dengan penampilan seperti hari biasanya. Langkah kaki semakin aku cepatkan dan merapat bocah itu.
          “Permisi dek, dek, dek,.” Panggilanku sepertinya dengan cepat di bawa pergi oleh angin, dia sama sekali tidak menghiraukanku, benar-benar aneh bocah ini, aku dengan cepat langsung balik dengan pulang membawa rasa penasaran yang tinggi terhadap bocah itu, apa yah yang kurang dariku sehingga dia tidak merespon sama sekali panggilanku, aku hanya berpositive thinking terhadap bocah itu, ini biar bagaimana ada yang salah dariku, aku kembali menyalahkan diriku.
***
          Dilangit Nampak indah bintang gemintang memberikan ke agungan di tambah dengan bulan yang sudah sempurna membuat lingkarannya, “assalatuhairum minannaum”… (shalat itu lebih baik dari pada tidur). Aku pun terbangun dari tidur lelap dengan suara muazin yang merdu itu, hampir semua menara-menara masjid dengan suara yang unik-unik dari muazin membuat suasana subuh menjadi indah dan ramai membelah shubuh. Hari itu juga tidak seperti beberapa hari kemarin dengan kondisi angin yang lari begitu cepat di tambah dengan hujan. ini benar rahmat Allah yang cukup luar biasa. Aku berjalan menuju masjid di kompleksku untuk melakukan kewajibanku sebagai seorang muslim. Selesai shalat subuh aku lanjut dengan tilawah beberapa kitab Allah selesai tilawah karena hari itu kesempatan bagiku untuk melakukan lari-lari kecil, karena sudah hampir dua minggu tidak melakukan lari-lari kecil yang menjadi agenda pagiku itu.
Aku pun keluar dan melakukan lari-lari kecil di sepanjang baris pepohonan, bukan Cuma aku yang melakukan hal itu, ada juga beberapa orang yang melakukan hal itu, dari jauh terlihat lagi bocah dan sapu kecilnya itu Nampak tenang, membersihkan daun-daun kering yang gugur, “ya Alloh semoga hari ini di suasana pembuka pagi yang indah ini aku bisa mengajak anak itu untuk bercengkrama”. Doaku dalam hati. Aku pun melakukan lari-lari kecil sesampai di bocah itu aku terus melanjutkan lari-lari kecil itu, nanti balik baru aku berbicara dengannya.
           Keringat segar pun mulai bercucuran, aku harus cepat-cepat balik agar bisa bertemu dengan bocah itu jangan sampai pekerjaannya selesai dia langsung pulang, spontan aku balik dan mendekati bocah itu, dengan tarik napas panjang bismillah.. hari ini suaraku harus bisa menyentuh hati nya agar dia bisa kuajak untuk berbicara. Aku berhenti dan berjalan menemuinya.
“Dek… Permisi, dek, Assalamu’alaikum Wr.. Wb..” Dia pun menoleh dan sambil menjawab salamku “Wa’alaykumussalam salam Wr.. Wb..” Alhamdulillah ya Allah dia mau respon panggilanku aku sejenak berpikir kenapa hari-hari kemarin dia tidak menghiraukan aku yah.. dan baru hari ini dia menghiraukanku, mungkin karena hari ini cuacanya bersahabat oh. Tidak, aku baru ingat hari-hari kemarin ketika aku menemuinya tidak menggunakan salam sehingga dia tidak mempedulikan aku, hanya karena salam saja dia tidak mempedulikanku. Subhanallah.. Aku kembali lanjutkan pembicaraan dengannya, dan menanyakan sesuai rencanaku beberapa hari kemarin,
“Nama adek siapa?” Tanyaku penasaran
           “Namaku mahdi kak..! Tapi biasanya dipanggil Dede” Dia menjawab tanpa berhenti menyapu.
“Oh. Iya dek, kaka mau nanya nih.. Sudah berapa lama yah dek melakukan pekerjaan ini? Emangnya dek tidak sekolah yah?? Trus orangtua ade pada kemana?. Maaf kakak banyak nanya, tapi itulah tujuan kakak menyapa ade, dan menjadi rasa pensaran kakak dalam beberapa hari kemarin.”
“Ini hidup saya kak. Ceritanya panjang kak”, Dia pun melepaskan sapu kecilnya itu dan menceritakan panjang lebar terkait dengan pekerjaan ini air mata pun menetes di pipinya yang imut itu, aku pun baru tahu bahwa bocah kecil ini melakukan pekerjaan semacam ini karena ayahnya yang sudah meninggal dua tahun silam ketika dia berumur 8 tahun, dan sekarang dia tinggal bersama dengan ibunya dan 2 orang adiknya yang 1 berumur 6 tahun dan yang satunya lagi berumur 3 tahun. Awalnya pekerjaan semacam ini dilakukan oleh ibunya hanya karena ibunya yang sudah hampir dua bulan terbaring di atas ranjang dan tak berdaya hingga pekerjaan ini di ambil alih oleh bocah ini, memang sungguh malang nasib bocah ini.