Jika di
hitung-hitung maka tahun 2015 ini adalah tahun ke -8 saya tidak menikmati bulan
Ramadhan mulai dari awal Ramadhan hingga masuk idul fitri di kampung halaman
saya. Terakhir kali menikmati Ramadhan mulai dari awal yaitu pada tahun 2007
dan hingga kini belum mengulangi menikmati Ramadhan sejak awal Ramadhan.
Masing-masing
daerah atau kampung punya tradisi sendiri tentunya ketika Ramadhan tiba,
apalagi yang tinggal di desa seperti saya ini. Ada hal-hal unik yang berbeda
dengan daerah-daerah atau desa-desa lainnya. Saya tinggal di desa Pas Ipa, yang
masuk wilayah kabupaten kepulauan sula, Provinsi Maluku Utara.
Lewat coretan
ini saya coba bercerita sedikit suasana Ramadhan di kampung saya yang membuat
saya selalu rindu masa-masa itu.
(Sunset di ujung pulau Mangole, Kepulauan Sula)
Menjelang tiba
Ramadhan, banyak aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat. Sebagaimana di desa-desa
lain yang saya jumpai juga yaitu membersihkan perkuburan islam, masjid dan
berjiarah di kubur. Selain itu, masyarakat juga mempersiapkan hal lainnya
contoh penyediaan kayu bakar (pengganti komfor atau gas) untuk selama Ramadhan.
ini membuktikan bahwa masyarakat begitu mempersiapkan diri, begitu antusias untuk
menyambut bulan suci ramadhan. Tidak hanya itu, di dalam kampung terlihat ramai
menjelang tibanya Ramadhan, para petani yang di kebun, para pekerja kayu, anak
sekolah yang telah liburan semuanya pada balik di kampung untuk menyambut malam
sahur pertama bersama sanak keluarga.
Pada malam 1
Ramadhan ada sebuah tradisi unik, yaitu Totobuang,
Totobuang ini dilakukan hanya pada malam
1 Ramadhan dan 1 Syawal. Dimana ada dua orang takmir masjid atau kalau di
kampung di kenal dengan badan syarah, memukul tifa dengan irama unik. Sebagai
pertanda telah masuk bulan suci Ramadhan.
Suasana
menjelang berbuka puasa juga punya cerita sendiri, yaitu saling mengantarkan
kue berbuka antar sesama keluarga atau tetangga. Dan kemudian ramai-ramai
berdiri di ujung kampung sambil menikmati matahari perlahan-lahan masuk di perut bumi.
Pada malam-malam
Ramadhan, suara tadarusan selalu terdengar di menara masjid. Sama juga dengan
di kampung-kampung di Maluku utara atau daerah lain pada umumnya. Tadarusan ini
di target 1 malam 3 juz harus selesai di baca sehingga bisa khatam pada malam
ke-10 Ramadhan. Dan memasuki malam kesebelas Ramadhan ada acara buka puasa
bersama di masjid. Dimana setiap rumah-rumah mengantarkan kue ke masjid untuk
dijadikan hidangan buka puasa bersama masyarakat. Nilai silaturahim di dapatkan
juga di momen ini. Buka bersama-sama serta khatam Alqur’an ini di targetkan
dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pada malam ke-11 Ramadhan, malam ke-21
Ramadhan, dan malam ke-7 pada Bulan syawal.
(sumber gambar : http://fisardiranggapr.blogspot.com/2013/05/ternate.html )
Keesokkan
harinya Idul Fitri atau malam 1 Syawal, masyarakat rame-rame melakukan pawai
obor, dengan berjalan sambil bertakbir, bertahmid, bertahlil, sebagai tanda
akan tibanya hari kemenangan atau idul fitri. Begitulah suasana Ramadhan di
kampung saya. Rindu memang akan suasana itu. moga suatu hari nanti bisa menikmati lagi masa-masa itu. aamiin :)