Monday, October 24, 2016

PARA PENELITI MENEMUKAN JENIS BURUNG INI DI KEPULAUAN SULA

Berawal dari membaca sebuah laporan dari  Filip Verbelen mengenai burung-burung yang ada di Kepulauan Sula (Taliabu, Mangole, Sanana/Sulabesi). Filip Verbelen sendiri berkawarganegaraan Belgia, dia berada di kepuluan sula selama 10 hari. Terhitung  sejak 20 Maret 1997 hingga 30 Maret 1997. Dalam laporan Verbelen tidak hanya jenis burung-burung yang ada disana melainkan peta dan informasi tempat di temukan burung, bagaimana cara hingga bisa tiba di sana, dimana tempat dia nginap, makan, bahkan hingga detail waktu tiba pun di sampaikan dalam laporan tersebut. tapi jangan anda Tanya ke saya, dari mana saya mendapatkan laporan itu ( Silahkan anda cari sendiri.. hehehehe....)

Berikut ini adalah jenis-jenis burung yang ditemukan di kepulauan sula.

1. Sula Pitta (Sula Pitta (Pitta dohertyi) Rothschild, 1898.

 
 Sumber gambar :


The Sula pitta (Pitta dohertyi) adalah spesies burung dalam keluarga pitta Pittidae. Burung ini juga kadang-kadang dianggap sebagai subspesies dari PAOK merah-bellied. Jenis burung ini di temukan di pulau Banggai dan Kepulauan Sula. Habitat alamnya adalah hutan dataran rendah lembab subtropis atau tropis. Burung ini terancam hilang habitatnya disebabkan illegal loging. 

Di beberapa Negara nama burung sula pitta berbeda-beda, namun memiliki kesamaan yaitu “Sula”. Menandakan bahwa jenis burung ini terdapat di kepulauan sula. Sebagai contoh di Czech di kenal dengan nama pita sulská, di perancis di kenal dengan nama Breve Des Sula, di Italia di kenal dengan nama pitta delle sula, di inggris dengan nama sula pitta, di norwegia dengan nama sulapitta,  di Slovakia dengan nama pita sulska dan di swedia dengan nama sulapitta. Akan tetapi yang di kenal oleh masyarakat sula khususnya di daratan pulau mangoli yaitu dengan nama burung cinci.

1.      2. Sula Scrubfowl (Megapodius bernsteinii) Schlegel, 1866.


  sumber gambar :



The Gosong sula atau burung gosong Sula (Megapodius bernsteinii) adalah spesies burung dalam keluarga Megapodiidae. Hal ini ditemukan hanya di Indonesia, di mana habitatnya adalah hutan subtropis atau tropis kering, hutan dataran rendah lembab subtropis atau tropis, hutan bakau subtropis atau tropis, dan subtropis atau tropis lembab semak. Burung ini habitatnya terancam hilang  (http://en.wikipedia.org/wiki/Sula_megapode )
Spesies ini diketahui mengalami kekurangan habitat yang sangat signifikan, degradasi dan tekanan perburuan yang intensif (Rheindt, 2010). Selain itu, ada bukti penurunan pada Taliabu, Peleng dan pulau terkait, termasuk penurunan substansial dalam tingkat pertemuan di Taliabu (Rheindt, 2010) dibandingkan dengan pekerjaan yang dilakukan pada tahun 1991 (Davidson et al. 1991). Populasinya diduga akan mengalami  penurunan yang cepat.
Spesies ini mengalami penurunan dan kepunahan lokal karena hilangnya habitat (melalui penebangan dan pembukaan untuk konversi lahan), eksploitasi (perburuan masyarakat dalam hal ini telurnya) dan hewan (kucing dan anjing sebagai predator, dan ayam negeri liar sebagai pesaing) (BirdLife International 2001, Rheindt 2010). Sejak 1990-an, telah terjadi penebangan luas di Taliabu, untuk pertanian dan habitat mengalami penurunan saat illegal loging (Rheindt 2010). Pada tahun 2009, daerah-daerah baru dilaporkan sedang dinilai untuk konversi menjadi lahan pertanian. Habitat terganggu dalam spesies itu kisaran elevasi disukai di Taliabu telah direduksi menjadi fragmen kecil; Namun, pengamatan juga menunjukkan bahwa spesies dapat bertahan dalam habitat yang rusak (Rheindt 2010, C. Gooddie in litt. 2011). Selama kerja lapangan di Taliabu pada tahun 2009, ditemukan bahwa spesies dan telur yang masih intensif ditargetkan untuk konsumsi (Rheindt 2010);.

3. Sula Cicadabird (Corocina Sula), Hartert 1917.
sumber gambar : http://www.birdforum.net/opus/Coracina_sula



Berukuran sedang (24 cm), umumnya berwarna abu-abu sabak. Untuk yang berjenis kelamin Jantan: muka dan tenggorokan hitam. Sedangkan yang Betina: tidak ada warna hitam di muka dan tenggorokan, tubuh bagian bawah agak lebih pucat. Anakan: berwarna merah-karat melebar.
Tempat hidup dan Kebiasaan
Umum di semua habitat yang pohonnya banyak di dataran rendah di Taliabu, termasuk semak dan perkebunan. Cukup umum di Mangole, tidak demikian di Sanana. Tidak umum di hutan primer pegunungan pada ketinggian 800 m di Taliabu. Memakan serangga dan buah-buahan kecil. Kadang bergabung dalam kelompok burung campuran (mixed-species flock) untuk berburu makanan secara bersama-sama. Ukuran populasi global belum dikuantifikasi, tetapi spesies dilaporkan umumnya jarang pada dataran tinggi (Coates et al. 1997).
Jenis burung ini juga dikenal di beberapa Negara dengan nama yang berbeda-beda. Misalnya di Inggris dengan nama Sula Cicadabird, di jerman Sularaupenfänger, di Spanyol Oruguero de Sula, di prancis Échenilleur des Sula, di Italia dengan nama Averla cuculo delle Sula,di belanda Sularupsvogel dan di portugis dengan nama Sula Cuckoo-shrike.

4.  Tyto nigrobrunnea,( Neumann, 1939)
sumber gambar :




Tyto nigrobrunnea adalah salah satu burung endemic yang di hanya di temukan di Taliabu (kepulauan sula) (Davidson et al. 1991, Rheindt 2010). Rheindt (2010) menambahkan jenis burung ini bisa saja ada juga di pulau Mangole dan Sanana (Sulabesi). Dan apa yang di katakan Rheindt memang benar, Tyto nigrobrunnea juga di temukan di pulau Mangole, masyarakat di pulau mangole mengenal burung ini dengan nama burung hantu. Informasi mengenai berapa banyak populasi yang masih ada saat ini tidak jelas (Rheindt, 2010).


Selain keempat jenis burung yang disebutkan diatas, ada juga yang ditemukan oleh para peneliti antara lain : Slaty Cuckooshrike (Coracina schistacea) (Sharpe, 1879), dan Cyornis colonus colonus (Hartert, E, 1898).

No comments:

Post a Comment