Tuesday, January 31, 2017

SMART NELAYAN MALUKU UTARA

Beberapa bulan lalu saat terlibat dalam sebuah survey, saya bertemu dengan responden yang beberapa dari mereka berprofesi sebagai nelayan. Komunikasi yang terbangun antar kami menjadi kesempatan bagi saya untuk masuk lebih dalam dengan pertanyaan-pertanyaan seputar profesi  mereka. Mulai dari penghasilan hingga bagaimana kondisi saat dilaut ketika menangkap ikan. Jawaban dari responden itu salah satunya tentang kondisi di laut saat menangkap ikan adalah waktu mereka yang kadang habis dilaut ketika ikan tidak berada diposisi dekat perahu mereka atau ikan menjauh dari rumpon yang telah dibuat. Mereka harus menunggu hingga berjam-jam dilaut,  bahkan hingga mereka pulang tak ada hasil yang dapat mereka bawa. Pada kasus yang lain saya teringat saat pulang  dikampung halaman setahun lalu. Disana,saya melihat beberapa long boat berukuran kecil yang dikhususkan untuk nelayan melaut berjejer didepan kampung, sontak saya pun menanyakan pada salah satu sanak keluarga saya, apakah itu long boat bantuan dari pemerintah? Beliau menjawab bahwa itu memang bantuan dari pemerintah yang ternyata bukan hanya untuk nelayan tetapi juga untuk orang-orang diluar profesi sebagai nelayan.  Sangat rancu memang, tetapi itulah kenyataan. Meskipun ada yang tepat sasaran dalam  pemberian bantuan tersebut, namun yang harus menjadi pekerjaan rumah buat pemerintah adalah bagaimana men-smart-kan nelayan di Maluku Utara. Dari kedua kisah diatas, bisa dilihat pada kasus pertama, dampak yang mungkin terlupakan oleh pemerintah adalah pada kerugian BBM pada seorang nelayan, dimana menurut pengakuan, waktu mereka terbuang percuma dilaut. Sedangkan pada kasus kedua tidak tepatnya sasaran berupa bantuan dari pemerintah terhadap nelayan.
Kita tahu bersama bahwa Provinsi Maluku Utara mempunyai potensi kelautan yang begitu melimpah. Hal ini berbanding lurus dengan luas wilayah Maluku Utara. Secara keseluruhan, luas Provinsi Maluku utara adalah 145.819,1 km2 dimana sebagian besarnya adalah laut, yaitu 100.731,44 km2 (69,08%). Sisanya seluas 45.087,66 km2 (30,92 %). Dengan potensi kelautan yang besar ini, sudah seharusnya nelayan kita di Maluku Utara hidup sejahtera. Namun faktanya nelayan lokal kita mayoritas hidup masih dibawah garis kemiskinan atau sekitar 80% (Tempo, 12/6/2015).
Masih teringat Pemerintah Provinsi yang dikomandoi Abdul Gani Kasuba ini saat paska pelantikan, salah satu topik yang selalu dibahas adalah bagaimana menjadikan Maluku Utara sebagai Lumbung Ikan Nasional. Namun seiring berjalannya waktu, topik ini nampaknya tergerus dengan kasus bendera Tiongkok yang berkibar di Pulau Obi, Pulau Morotai yang ingin di "kelola" oleh Jepang, Ditambah perkembangan nilai akuntabilitas kinerja pemerintah provinsi Maluku Utara berada diposisi 33 diatas provinsi baru Kalimantan Utara. Sudah selayaknya disisa periode AGK, pemerintah harus lebih focus pada cita-cita awal ingin memajukan Maluku Utara dengan cinta. Khususnya pada bidang perikanan dan kelautan yang menjadi cirri khas provinsi Maluku utara.Untuk itu perlu kiranya men-smart-kan nelayan kita di Maluku utara.

Pemanfaatan Teknologi menuju Smart Nelayan

Perkembangan teknologi di era ini terus tumbuh dalam berbagai sektor. Tak terkecuali dalam bidang perikanan dan ilmu kelautan. Belum lama ini Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) luncurkan Sistem Penjejak Ikan Nan Cerdas (SIKBES  Ikan). Dimana sistem ini penggabungan dari beberapa hal dalam dunia computer sciene, yaitu sistem pakar  (expert system), penginderaan jauh (remote sensing), dan sistem informasi geografis (GIS). Output dari sistem yang dikembangkan oleh BPPT  ini adalah membantu para nelayan untuk mencari ikan karena didalam sistem ini mampu mencari tahu lokasi ikan, kapan waktu yang pas untuk melaut karena telah disertai juga dengan prediksi cuaca laut.
Berbeda dengan daerah lain dalam hal men-smart-kan nelayan, di Kalimantan Timur khususnya kabupaten Penajam Paser Utara telah dikembangkan rumpon cerdas. Rumpon cerdas ini berguna untuk memberikan informasi pada nelayan dimana rumpon  yang ikan lebih banyak mendekat, tujuannya agar para nelayan dapat menghemat  BBM. Sebab, pada saat melaut untuk menangkap ikan, para nelayan langsung menuju ke rumpon yang ikannya berkumpul. Sedangkan dikementrian kelautan danperikanan saat ini dalam usaha mengembangkan Sistem Informasi Nelayan Pintar (SINP) berbasis  android. Keunggulannya dari mengakses sistem ini adalah, para nelayan dapat mengetahui cuaca perairan, tingginya gelombang laut, peta prakiraan daerah penangkapan ikan, dan perkiraan konsumsi BBM jika ingin pergi kesuatu lokasi.

Peran Pemerintah dalam wujudkan Smart Nelayan

Beberapa bantuan teknologi yang dapat diimplementasi dalam rangka wujudkan Smart Nelayan telah saya sebut kan diatas. Tinggal  bagaimana saat ini pemerintah mengkaji bagaimana langkah-langkah dalam pemanfaatan teknologi tersebut untuk menghadirkan smart nelayan di Maluku Utara sebagai identitas pembangunan Maluku Utara. Selain itu,  memberikan bantuan pada nelayan harus juga tepat sasaran,  bukan berdasarkan afiliasi politik. Terlepas dari memperbanyak SDM atau menyediakan beasiswa-beasiswa bagi putra daerah untuk melanjutkan studi S2 dan S3 yang selalu jadi titik focus dikepemimpinan AGK saat ini. 

*Sumber gambar : http://www.konfrontasi.com/content/ragam/gelombang-tinggi-nelayan-enggan-melaut
** Tulisan telah di terbitkan di Malut post pada kolom opini 27/1/2017

No comments:

Post a Comment