Wednesday, June 10, 2020

ANALISIS SENTIMEN BELAJAR DARI RUMAH SELAMA PANDEMI


Hingga saat ini penyebaran virus corona atau yang lebih dikenal dengan covid-19 masih terus bertambah sebarannya telah menjangkau 215 Negara, dan berdasarkan data dari worldometers.info update data kasus virus corona di dunia hingga 5 Juni 2020 jumlah pasien positif telah mencapai 6.698.370 orang dengan jumlah kematian mencapai 393.142 dan pasien sembuh 3.244.574 jiwa. Beberapa negara jumlah kasus positif terus mengalami penurunan meskipun yang lain masih terus bertambah. Beberapa juga bahkan telah melonggarkan pembatasan sosial misalnya Korea Selatan. Namun ketika melonggarkan pembatasan sosial, Korea Selatan kini kembali memberlakukan pembatasan setelah dilaporkan terdapat lonjakan kasus baru dengan ditemukannya kluster baru. Lantas sampai kapan covid-19 ini berhenti? Entahlah. Berbagai prediksi dari ilmuwan pun sudah dipaparkan dengan beragam model statistik diterapkan terkait kapan pandemi ini berakhir atau kapan puncak dari kasus covid-19. 

Khusus di Indonesia data pasien infeksi covid-19 terus bertambah yang sebelumnya pertama kali dilaporkan pada 2 Maret 2020 yaitu 2 pasien positif, 2 bulan kemudian mengalami peningkatkan yang signifikan sebagaimana dilaporkan pada 1 Mei 2020 kasus covid di Indonesia tercatat 10.551 (covid.go.id). Satu bulan kemudian yang dilaporkan pada tanggal 5 Juni 2020 pasien positif terkonfirmasi 28,818, dengan pasien yang telah dinyatakan sembuh 8.892 pasien dan meninggal dunia 1.721 (Covid.go.id). 

Saat ini beragam macam aspek telah  terdampak secara tidak langsung dari pandemi global ini. Entah dampak positif maupun negatif (Zambrano-Monserrate, dkk. 2020). Karena yang pasti tidak ada sesuatu yang terjadi dimuka bumi tanpa ada hikmahnya, tergantung kita memandang dari perspektif mana. Di Indonesia dampak dari covid-19 juga mulai dirasakan. Salah satunya yaitu pada dunia Pendidikan. 

Sejak surat edaran yang dikeluarkan Menteri Pendidikan pada 17 Maret 2020 maka proses belajar dilakukan secara daring. Namun hal ini tak terlalu masalah bagi siswa atau mahasiswa yang tinggal di daerah yang akses internet lancar dengan listrik menyala siang malam. Bagaimana dengan siswa atau mahasiswa yang tinggal di daerah yang akses internetnya tidak ada, bahkan listriknya belum masuk tentu tidak bisa merasakan proses belajar dari rumah.  Lantas bagaimana tanggapan netizen di twitter terkait dengan belajar dari rumah jika diamati dari lalu lintas data drone empirit academy.

Kontroversi Pembelajaran Daring

Suka tidak suka, mau tidak mau pembelajaran secara daring tetap harus dilaksanakan karena tidak ada solusi lain ditengah pandemi covid-19 yang masih terus tersebar diberbagai wilayah kita saat ini sampai ada protocol dari pemerintah terkait belajar secara offline ditengah pandemi covid-19. Tentu kita ketahui infrastruktur disetiap daerah berbeda-beda. Tidak semua daerah memiliki akses internet yang cepat, bahkan ada desa-desa yang hingga saat ini belum bisa mengakses internet, sehingga hal ini tentu menghambat proses belajar secara daring. Selain itu, kuota untuk akses internet yang terbilang masih relative mahal di Indonesia. Tak heran jika orang tua siswa mengadu kepada KPAI bidang Pendidikan pada 13 April lalu terkait dengan pembelajaran secara daring. Lantas bagaimana kontroversi pembelajaran secara daring di dunia maya yang ditangkap oleh drone empirit.

Hasil pantauan melalui drone empirit

Berdasarkan pantauan lalu lintas data dari drone empirit academy, tweet terkait belajar dari rumah hingga 1 Juni terdapat 17.357 tweet yang lokasinya tersebar diseluruh provinsi di Indonesia. Dengan analisis sentimen yang didapatkan untuk kategori positif yaitu 8.147, negative 8.797 dan yang netral 1.413.

Analisis Emosi dan persepsi publik terhadap Pembelajaran Daring: Diakses 5 Juni 2020 Jam 16.47 WIT

Dari total tweet yang terpantau pada drone empirit tanggapan positif lebih banyak dibandingkan dengan negatif sejak pembelajaran secara daring dilaksanakan, meskipun demikian dalam seminggu terakhir dalam pantaun lalu lintas data dari drone empirit pada tanggal 30 Mei, dan 4 Juni sentiment negative justru lebih banyak ketimbang positif. Dimana terdapat 1.799 pernyataan negatif dibandingkan pernyataan positif 1.006 dan netral 38 tweet pada 30 Mei 2020. Sedangkan pada 4 Juni pernyataan negative yang di-mentions 826, positif 449 dan netral 82. Dari data seminggu terakhir tentu kita bisa melihat bagaimana kontrovesi pembelajaran secara online yang terjadi didunia maya. Berikut adalah data seminggu terakhir respon dari netizen terkait pembelajaran daring yang himpun dari drone empirit.

Analisis Emosi dan persepsi publik terhadap Pembelajaran Daring: Diakses 5 Juni 2020 jam 16.47 wit

Kemudian di drone empirit juga kita dapat mendeteksi emosi pengguna twitter terkait dengan belajar di rumah atau belajar secara daring. Setidaknya pengguna twitter trust pada belajar dari rumah paling tinggi yaitu 405 tweet, disusul joy atau gembira 126 dan marah 108. Data-data ini diakses pada tanggal 5 Juni 2020. Berikut beberapa tweet dari pengguna yang terpantau.

Analisis Emosi dan persepsi publik terhadap Pembelajaran Daring: Diakses 5 Juni 2020
Beberapa data yang paparkan diatas tentu menjadi acuan kita terkait pembelajaran online, meskipun saat ini pemerintah telah mencoba mengambil opsi new normal, dengan demikian kuliah secara offline akan kembali dilaksanakan sambil menjalankan protap covid-19. Namun jika proses pembelajaran secara online masih terus berjalan maka kualitas pembelajaran tentu meski diperhatikan berdasarkan data yang disampaikan oleh netizen di twitter. 

catatan: artikel ini telah terbit di malut post pada 6 Juni 2020